SEPOTONG KISAH TENTANG PAHLAWANKU
Oleh
: Faza Muhandisa Asro/VIII UMAR
Jika kalian hanya menganggap
bahwa pahlawan itu adalah sesosok manusia yang menyelamatkan dunia dengan
membasmi penjahat seperti superman, batman, atau sebagainya, kalian salah. Bukan,
bukan itu yang kumaksud. Pahlawan ini mungkin tak seterkenal pahlawan pahlawan
tersebut. Karena mungkin saja, jika di mata orang lain orang ini bukan siapa
siapa. Tapi bagiku, dialah sosok pahlawan sebenarnya. Jika pahlawanku ini
dihina, aku tak akan tinggal diam. Karena dialah seorang seorang wanita yang
berjuang untuk menghidupi ketiga orang putranya, membiayai mereka, mengasuh
mereka dengan sepenuh hati. Aku adalah anak bungsunya. Pahlawan yang kumaksud
disini ialah orang yang telah berjuang melahirkanku dengan nyawa sebagai
taruhannya. Dialah Ibuku, wanita terhebat, tercantik, tercerdas, dan terbaik
dalam hidupku. Astuti Kusumorini.
Beliau dilahirkan di Bulan April
sekitar tahun 70-an. Ia tidak lahir dari keluarga yang berkecukupan. Ibunya
hanya seorang guru SD pada zamannya, penghasilannya sangat minim. Untuk
kebutuhan sekolah pun, ibunya kerap kali berhutang terlebih dahulu. Meski
begitu, ia tidak minder atau bahkan putus asa untuk selalu berprestasi di
sekolahnya. Berbagai prestasi ia torehkan, mulai dari bidang akademik hingga
pidato. Kehidupannya bermula di Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah.
Dilahirkan dalam keluarga yang
kondisi ekonominya pas-pasan tidak membuatnya kehilangan semangat belajar.
Masa-masa kecilnya hanya diisi oleh hal hal yang bermanfaat. Semangat belajar
yang tinggi membuatnya selalu meraih nilai tertinggi. Mulai dari bangku SD,
SMP, SMA, bahkan pada tingkat universitas sekalipun ia masih meraih nilai yang
memuaskan.
Beliau menyelesaikan SD-nya di
Magelang. Saat menginjak bangku SMP, beliau pindah ke Purworejo. Lebih tepatnya
di rumah pamannya. Ia sekolah di SMP terbaik pada masanya. Sekolah di sekolah
terbaik membuatnya harus belajar lebih giat lagi, karena saingannya pun lebih
berat. Tapi, lagi-lagi ia meraih nilai tertinggi. Bahkan se-Kabupaten Purworejo
ia meraih nilai tertinggi. Begitu pula di SMA-nya, ia kembali meraih nilai
tertinggi. Semangat belajarnya yang tinggi membuatnya sangat ingin melanjutkan
kuliah. Padahal, mungkin pada saat itu tak banyak perempuan yang bersekolah
tinggi.
Ia menyelesaikan studi S1-nya di
UGM. Universitas yang masuk dalam 5 besar universitas terbaik se-Indonesia.
Setelah itu, ia menikah dengan seorang laki-lakiyang tak kalah hebatnya dengan
dirinya. Dari hasil pernikahannya itu, ia diberi Allah 3 orang putra. Ia
mengasuh ketiga orang anaknya dengan sebaik mungkin. Ia mengasuhnya,
mendidiknya, merawat ketika putranya sedang sakit dengan penuh kasih sayang.
Setelah membesarkan anaknya, ia kembali melanjutkan sekolahnya, ia
menyelesaikan studi S2 dan S3-nya di ITB.
Sebagai anak dari seorang
pahlawan yang telah membesarkanku. Aku akan selalu berusaha membanggakannya,
tidak membuatnya kecewa. Walaupun sesukses apapun aku nanti, aku tidak akan
melupakkan pahlawanku.
Kisah ini hanyalah sepotong kecil
tentang pahlawanku, teladanku. Banyak sekali pelajaran yang bisa kupetik dari
dirinya. Kesuksesan tak membatasi siapapun dan apapun dia. Keinginan kitalah
yang menentukan akan menjadi apa kita nanti.
Dialah seorang wanita yang selalu
mendukungku, memotivasiku agar bisa meraih cita-citaku. Dia jugalah yang selalu
menyempatkan diri bangun di sepertiga malam untuk mendoakan
kebaikan untukku. Ia selalu menasihatiku bila aku sedang dalam masalah, ia tak
pernah marah bila aku marah dengannya, ia selalu mengajarkanku tentang arti
sabar dan ikhlas. Dialah ibuku, pahlawanku. Saat ini beliau mengajar di UIN
Bandung, menjadi dosen untuk mengamalkan ilmunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar