Oleh:
Royyan Mujahid Al-Faruq
Setiap orang pasti punya kelemahan, dan
setiap orang juga pasti berusaha untuk menutupi kelemahan itu. Namun, tidak
semua orang juga berhasil untuk menutupi kelemahan itu. Minimal, kita memiliki
keinginan dan usaha yang kuat untuk menutupinya. Itulah yang dirasakan
ibuku,
Laela Agus Miati. Dia adalah anak
keempat dari tujuh bersaudara, wanita kelahiran Tegal, 17 Agustus 1977. Waktu
kecil, ia selalu rajin membantu orang tuanya mencari uang. Sehabis pulang dari
sekolah ia tidak langsung bermain seperti anak seusianya, ia berkeliling
kampung untuk menjual barang dagangan orang tuannya.
Ketika ia akan melanjutkan ke jenjang SMP ia masih bingung untuk memilih sekolah yang tepat. Ia merasa nilainya sangat baik, akhirnya ia masuk ke SMP Negeri. Mungkin kalau sekarang SMP swastalah yang menjadi pilihan pertama, tapi dulu dengan sekarang itu berbeda, MTS atau semacamnya menjadi pilihan pertama untuuk jenjang SMP.
Namun kini ibuku tidak menjadi wanita lulusan SMP pada umumnya. Kata ibuku, “Masa kecil adalah masanya seoorang anak untuk ditempa dan dimasa dewasanya ia akan merasakan hasil kerja kerasnya.” Ibuku selalu mengatakan itu sebelum aku berangkat ke pesantren.
Kini ibuku menjadi muslimah yang taat beribadah. Setiap hari ia mendoakanku agar aku menjadi orang yang sukses. Aku hampir menangis ketika mendengar kata-kata itu. “Kalau emang bisa kenapa enggak?” semangat yang ibuku berikan kepadaku. Kini kata-kata itu menjadi motto hidupku. Terimakasih ibu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar