Perahu Kertas
Isham M. Qais
Ku bahagia...
Kau telah terlahir di dunia...
Dan kau ada...
Di antara milyaran manusia...
Dan ku...
bisa...
Dengan
radarku...
Menemukanmu...
Itulah sebagian lirik reff dari lagu ini. Ya! Perahu Kertas! Aku pikir kalian semua pasti sudah mengetahui lagu ini. Apalagi
mereka-mereka yang keadaan hatinya dalam kondisi “musim semi”, lagu ini sangat
pas untuk menemani perjalanan mereka. Lagu ini dipopulerkan oleh seorang gadis belia,
multitalenta, cantik jelita, bernama Maudy Ayunda. Lagu yang dirilis sekitar tahun 2013 ini
sudah berhasil mendapatkan banyak award. Salah satunya, penghargaan aransemen terbaik.
Lagu ini terdengar sangat merdu di telinga.
Petikan-petikan alat musik bersenar secara perlahan, ditambah suara not-not
balok piano yang dimainkan jari-jari secara bergantian dan
penambahan-penambahan sound effect
yang lembut menjadi latar dari musik ini. Dan, pengombinasian penyanyian lagu ini dengan penjiwaan sang Penyanyi yang mendalam membuat makna dari lagu
ini tersampaikan ke hati.
Lagu ini juga dijadikan sound track sebuah film. Perahu Kertas, ini judul filmnya. Judul
film dan sound track-nya memang sama, demikian juga dengan tokoh pemeran utamanya, Maudy
Ayunda. Aktris yang memiliki “gigi kelinci” yang menjadi salah satu kekhasannya
ini, juga beradu akting dengan aktor muda berparas menawan bernama Adipati
Dolken.
Dikisahkan, mereka berdua adalah sepasang
sahabat yang sangat dekat dari kecil. Semua kejadian dan kenangan sudah mereka lalui dari masih kanak-kanak. Bahkan, keluarga mereka juga menjalin hubungan yang sangat dekat
bagaikan saudara kandung.
Kemudian, ketika mereka sudah menduduki bangku
kuliah, bunga-bunga asmara mulai tumbuh diantara mereka. Di bagian inilah
masalah-masalah mulai muncul. Konflik yang paling utama adalah kecemburuan di
antara mereka. Itulah sedikit sinopsis dari film Perahu Kertas. Tapi, makna
dari lagu yang beralun mellow ini
sebenarnya adalah, tujuan/keinginan sang Kekasih terhadap hubungan asmara mereka berdua.
Cinta. Semua kaum adam maupun hawa pasti
ingin merasakan apa yang dinamakan C.I.N.T.A. Hidup ini akan terasa hambar bila
tanpa adanya cinta, dan cinta akan menjadi “gula” sebagai penyempurna rasa di
dalam kehidupan. Kita semua disatukan dengan rasa cinta, dan menjadikan kita
semua saudara yang saling menyayangi.
Aku juga ingin merasakannya, karena ini sudah
menjadi fitrah sebagai manusia. Begitu juga kakek-nenek buyutku yang disatukan
kerena cinta, lalu ke anaknya... anaknya... dan anaknya... anaknya lagi... lalu
akhirnya cinta itu turun kepada kedua orangtuaku. Lalu, lahirlah ke dunia 3
buah hati yang sangat mereka cintai. Kakakku, aku, dan adikku. Sempurnalah
sebuah keluarga.
Rasa cinta tidaklah selamanya akan
tersampaikan dalam bentuk kasih sayang, kelembutan, belaian tangan dan hadiah.
Kedua orangtuaku sangatlah sayang dan ingin melindungiku dari hal-hal negatif
yang terdapat di dalam sesaknya dunia ini. Ketika kami jalan-jalan dengan
perasaan yang riang, bertamasya keluar kota, atau
saat makan bersama di restoran, aku dapat merasakan kehangatan rasa
cinta kedua orangtuaku yang mereka berikan kepada anak-anaknya.
Tapi, ketika dulu aku dijewer karena aku tak
mau makan siang, ketika dulu aku “diancam” tidur di teras rumah hanya karena
tidak tidur siang, atau ketika aku dimarahi sampai aku menangis karena nggak
mau belajar, ngerjain PR dan tidak menuruti nasihat orangtuaku. Aku sempat
berpikir,”Kenapa sih, Ummi marahin
aku terus?” atau ”Kenapa sih, abi ngejewer aku, emang nggak sakit apa?” dan
semua penolakan-penolakanku terhadap omelan-omelan keduanya. Itulah yang dulu terdapat di dalam benakku. Tapi kini, semenjak hatiku
sudah tegar
dan kuat, persaanku sudah
mulai kuat dan pikiranku sudah mulai tumbuh dewasa, aku mengerti apa yang
diinginkan kedua orangtuaku dari “1001 nasihat” yang diberikan kepadaku.
“Malaikat-malaikat pelindungku” hanya
ingin aku menjadi manusia yang mandiri, taat ajaran islam, sukses, menjadi
insan berguna, berbakti kepada orangtua dan semua hal-hal positif untuk kehidupan
nanti di hingar-bingarnya dunia.
Di dunia, aku dapat dilindungi, dinasihati
dan terhindar dari pergaulan bebas di luar sana. Namun, kedua orangtuaku tahu
bahwa aku tidak akan selamanya berada di dalam kehangatannya lingkungan rumah.
Mereka berusaha untuk menjadikanku seseorang yang sukses, tapi tetap seorang
anak yang shalih dan berbakti kepada orangtua. Solusinya adalah memasukanku ke
sekolah Boarding/pesantren. Dan akhirnya, SMPIT ASSYIFA Boarding School adalah pilihan terbaik yang diberikan
ALLAH SWT.
Dan, mulai sekarang, aku bertekad untuk membanggakan dan
“menyuburkan” segala harapan orangtuaku yang sejak dahulu “ditanamkan” di dalam diriku. Aku belajar
serius, berusaha hidup irit, mendapatkan sebanyak-banyaknya hafalan Al Quran
dan tidak bermalas-malasan agar aku tidak menumbuhkan rasa penyesalan terhadap
kedua orangtuaku.
Dan, yang terpenting adalah, mencoba menahan rasa cintaku terhadap kaum
hawa. Karena, masa ini adalah masa memuncaknya cinta! Aku
akan belajar penuh keseriusan
dulu. Lirik lagu ini menjadi motivasi ku dalam hal ini. Semua manusia sudah
mempunyai takdirnya sendiri dalam masalah perjodohan. Sekarang, kita hanya perlu menjalani kehidupan dengan semangat. Dan nanti, bila sudah waktunya, Tuhan akan
mempertemukan kita di waktu dan tempat yang tidak kita ketahui dan
sangka-sangka.
Pokoknya, lagu ini Top of The Best...! Dan aku akan
“menggunakan” lagu ini, nanti.... bila memang sudah waktunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar