Kamis, 12 November 2015

Pahlawan Yang Tak Terlupakan


Pahlawan yang tak terlupakan
Oleh : Muhammad Al-Faatih Jumaedi


Tak banyak orang yang mengenal lelaki ini ia lahir pada tanggal 20 juni 1973 di palembang . Dia adalah sosok pemuda yang gagah. Sampai saat ini pun ia masih menampakan kegagahannya. Yup! Dia adalah ayahku yang paling berjasa di mataku. Mungkin kehidupan yang sebelumnya hanya ia yang tahu. Dia ayahku yang paling kubanggakan. Dia bernama DEDY JUMAED.
     Saat aku kelas VI, ia bertanya kepadaku, “Bang kalau sudah lulus abang mau kemana ?“ tanya ayahku. “ Nggak tahu, tapi maunya sih ikut sama teman se-SD “ jawabku. Kemudian ayah ku ber-oh panjang.
Esoknya ibuku bertanya kepadaku, “ Bang, Abang mau nggak masuk As Syifa ?” tanya ibuku.
 “ Emang bisa ?” tanyaku lagi.
 “ Pasti bisa.” jawab ibuku dengan semangat.
Kemudian di malam harinya aku mendengar  percakapan orangtuaku di kamar. Sesaat aku menunggu sesuatu yang terjadi.
           
 Setelah masuk Assyifa, aku bilang pada diri sendiri, “ Bang belajar yang rajin, jangan mengecewakan abi sama umi. “
Menjelang sore, ayahku pulang. Akupun tinggal di asrama sekarang. Akhirnya, 1 tahun berlalu. Aku pun pulang dan berlibur.
       Saat di rumah aku ingin mengetahui apa yang satu tahun lalu dibicarakan . Ternyata itu adalah menjual salah satu barang yang berguna bagi ayahku.  Beliau telah mengorbankan barang yang diperlukan untuk biaya sekolahku. Akupun sedih melihat catatan ayahku . Bayaran yang belum terbayar dimana-mana di tulis di sana-sini . Suatu malam yang sangat penuh penyesalan bagiku . Saat itu kulihat ayahku shalat malam dan aku mendengar doanya. Aku menangis dan menuju ke kasur dan menutup kepalaku dengan bantal. Dan hari kepulanganku ke asrama pun tiba.


        Saat aku akan  berpisah, aku bertanya kepada kedua orang tuaku, “Abi kapan mau jenguk lagi ?” tanyaku.
 “Insya Allah, Nak kalau sempat.“ kata ayahku. 
Saat pulang, aku melepas rinduku yang pertama  kalinya. Aku menangis dan memeluk  ayahku. “ Jangan nangis dong, kan sudah kelas VIII. “ kata ayahku. Mungkin ayahku tidak tahu apa yang kubaca pada malam hari saat akan pulang ke As Syifa, Kami pun berpisah. Aku janji akan berusaha untuk menjadi yang lebih baik.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar