BONDI DAN TUAN MURSI
Alyssa Najwa Soraya/VIII Asiah
Alyssa Najwa Soraya/VIII Asiah
Hai
semua! Kenalkan, namaku Bondi! Bison pribadi milik panglima perang Negeri
Tatuna. Negeri Tatuna, dikenal sebagai negeri penghasil populasi bison
terbanyak di dunia. Karena banyaknya populasi bison dan minimnya populasi kuda,
saat perang melawan negeri lain, bisonlah yang ditunggangi para pasukan perang
Negeri Tatuna.
Pemilikku,
panglima perang Negeri Tatuna, Tuan Mursi, terkenal sebagai panglima yang gagah
dan tangguh di mata pasukan lainnya. Begitu pula aku, dikenal sebagai bison
paling gagah dan tangguh di mata bison-bison lainnya. Nampaknya, buluku yang
hitam legam membuat teman-temanku merasa kagum, fisikku yang kuat pula
sepertinya membuat mereka terpana.
“Bondi!”
Tuan Mursi memanggil dan menepuk pundakku. “Sebentar lagi kita akan sampai di
medan perang. Siapkan tenagamu dan lakukan yang terbaik!”
Aku
melenguh. Tanpa disuruh pun aku akan melakukan yang terbaik untuk Tuan Mursi.
Saat ini, aku dan Tuan Mursi memang tengah dalam perjalanan menuju medan
perang. Negeri Tatuna memang tengah bertarung dengan Negeri Masalo karena
masalah kekuasaan, tanah, dan... entahlah, aku tidak terlalu mengerti. Di
belakang kami, ratusan pasukan perang beserta senjata dan bison-bisonnya
mengikuti.
Dari
kejauhan, aku melihat siluet hitam rombongan berkuda mendekat. Itu pasukan
perang Negeru Masalo! Kuda mereka dan keluarga bisonku berderap semakin
kencang, dan cring! Cring! Ptak! Pedang pun saling beradu.
Tuan
Mursi dengan lihainya memainkan pedang diatas punggungku. Mengenai satu dua
pasukan Masalo. Darah terlihat menggenang dimana-mana. Aku terus berderap
dengan gagah, membawa Tuan Mursi membantai musuh.
BRAK!
Terdengar
suara gedebuk terjatuh. Tiba-tiba punggungku menjadi ringan. Tuan Mursi? Kenapa
punggungku jadi terasa amat ringan? Kemana Tuan Mursi-ku?
Aku
segera membalikkan badan, melihat Tuan Mursi yang jatuh tengkurap dengan sebuah
anak panah yang menusuk. Berkubang dalam genangan darahnya sendiri. Tuan Mursi!
Tuan! Tak terasa air mataku mengalir perlahan.
Tuanku
yang gagah dan tangguh... Tuan yang selalu mengajakku kemanapun beliau pergi.
Tuan Mursiku...
Tak
ada gunanya lagi aku disini, sebagai tunggangan tanpa pemilik. Tapi... tunggu dulu! Aku akan tetap membela
Negeri Tatuna karena Tuan Mursi, demi Tuan Mursi! Aku akan tetap berada di
sini, walau pada akhirnya aku tetap harus mati.
Alyssa Najwa Soraya
8 Asiah
Mantaaaap.. Wkwk
BalasHapus