Rabu, 06 Januari 2016

JATUH BANGUN MENGEJARMU



JATUH BANGUN MENGEJARMU
oleh : Afrizal Naufal Ghani

Jatuh bangun aku mengejarmu…
Namun dirimu tak mau mengerti….
Ku bawakan segenggam cinta
Namun kau meminta diriku
Membawakan bulan ke…pangkuanmu…


Kudet? Aneh? Norak? Ha ha ha… saya adalah salah satu anak muda yang tidak terlalu suka untuk mendengarkan lagu. Mungkin kalian tidak akan menemukan deretan folder lagu di handphone atau laptop saya, berbeda dengan teman-teman sebayaku yang tiap saat telinganya selalu dihiasi oleh headset. Terkadang kalau aku melihat daftar lagu di hp temanku, banyak sekali lagu atau penyanyi yang terdengar asing di telingaku, tapi menurut temanku lagu dan penyanyi itu sudah sangatlah famous. Aku tidak tau siapa itu Ariana Grande, Jason Derullo, Silento, Nicki Minaj, dll. Jangankan penyanyinya, lagunya saja aku gak tau.
Tapi walaupun aku tak begitu suka dengan lagu modern, hardcore, dll. Aku  adalah adalah satu orang yang bisa disebut “Dangduters”, yap! Aku  adalah orang yang suka dengan lagu dangdut. Ha ha ha.. terlihat aneh memang, di zaman yang modern ini masih ada orang yang mengagumi genre dangdut apalagi berasal dari kalangan anak muda. “Dangdut is musical of my country”, aneh kedengarannya, biasanya yang suka dangdut adalah orang-orang yang sudah beruban. Tapi berbeda dengan aku.
Benih-benih kecintaan dengan lagu dangdut mulai terasa sedari dini, banyak acara dangdut yang sering aku tonton. Sepert KDI, Dangdut Mania, D’Academy, dll. Dan banyak sekali lagu dangdut yang memberiku inspirasi tentang hidup, serta suara merdu dan cengkok khas dangdut dar penyanyinya. Sebut saja Rhoma Irama, Hamdan ATT, Kristina, Elvi Sukaesih, dll. Tapi maestro dangdut itu telah tergantikan oleh penyanyi dangdut masa kini yang tidak punya kualitas suara dan hanya memamerkan bentuk badan di atas panggung
Aku  adalah orang yang melankolis. Apalagi kalu urusan C.I.N.T.A, aku merasa bahwa dalam urusan cinta, aku adalah seorang lelaki yang paling setia, romantis, perhatian, humoris, pokoknya segalanya deh. Ha ha ha..sangat beruntung bagi wanita yang bisa “dekat” dengan aku karena, aku akan perhatian dengan orang tersebut apalagi kalau aku sudah nyaman dengannya. Tapi masalahnya, sudah untuk dekat dengan aku.
Cinta adalah fitrah bagi manusia, terutama cinta kepada lawan jenis, rasa dimana untuk kita saling menjaga satu sama lain, rasa yang selalu ingin bersama dalam suka maupun duka, tak bisa disentuh, digenggam, dipegang, namun mampu dirasakan dan disimpan dalam hati. Dan rasa itu lambat laun merekat dalam hatiku saat kelas 5 SD, banyak temanku yang sudah berpacaran saat itu. Ada rasa untuk mengikuti jejak mereka untuk berpacaran, tapi Alhamdulillah allah masi menjada diriku untuk tidak berpacaran sampai sekarang.
Namun, tetap saja rasa kagum itu ada! Melihat soso wanita cantik, perhatian, yang selalu menemaniku chat hingga larut malam sampai dimarahi abi, yang fotonya selalu terpampang di display hpku serta folder image, yang wajahnya selalu menghiasi hari hariku, namun sayangnya dia “kurang” alim. Memang dulu aku tidak melihat alim atau tidak nya orang itu, tapi yang penting nyaman buat saya. Dan dia telah membuat saya nyaman.
Tiap saat tiap detik hanya kuhabiskan sia-sia untuk memikirkanmu, waktu belajarku pun terbuang hanya untuk “chat” denganmu, padahal aku tau bahwa besok ada ujian. Dan benar saja yang biasanya selama 4 tahun aku meraih ranking 1, saat kelas 5 aku meraih ranking 3. Aku sadar betul penurunan hasil belajarku dikarenakan terlalu banyak waktu belajarku yang terbuang sia-sia. Tapi, kenapa aku tetap tak bisa berhenti mencintainya dan memulai focus UN dikelas 6? Justru kau semakin hari semakin menunjukkan perhatianmu padaku dan membuat rasa sayang ini semakin gila jika dirasa.
Selama setahun perhatianmu padaku tak pernah luntur dan sampai akhirnya kita menjadi TTM (Teman Tapi Mesra). Panggila aku-kamu serta “beib” selalu menghiasi percakapan kita setiap saat, setiap sabtu aku sempatkan mengunjungi rumahmu dan kita berfoto bareng. Entah sudah berapa kali kita hangout bareng ke mall, entah sudah berapa film yang kita tonton bersama di bioskop, dan entah sudah berapa doto yang kita cetak saat kita berfotobox. Saat orangtuaku bertanya kamu mau kemana atau pergi dengan siapa, aku selalu menjawab kalau aku mau pergi nonton dengan teman laki-lakiku. Dan kini aku sadar kalau aku telah membohongi mereka.
Hingga pada suatu saat rasa sayang padanya telah sampai pada klimaksnya. Dan saat itu tiba-tiba aku diberi tau bahwa dia telah memiliki pacar. Hati ini seketika remuk hancur berkeping-keping, apalagi aku tau bahwa pacarnya adalah temanku sendiri. Pikiranku menjaddi tidak tenang, konsentrasi dan fokusku belajarku langsung hilang, saat itu aku sangat down hanya karena cinta. Aku sadar dan aku tau betul dia bukan pacarku dia bukan milikku, jadi sah-sah saja kalau dia dipacari. Aku tak bisa menyalahkan temanku yang pacaran dengannya, karena aku dan dia hanya sebatas teman, yap! “JUST FRIEND”.
Aku mengerti hubungan kita hanya sebatas teman, tapi tak bisa dibohongi bahwa hati ini “terlanjur” sayang kepadanya. Dan itu membuatku menjadi pria yang “cengeng”, perasaan selalu dihinggapi rasa gundah gulana karenanya. Banyak sekali lagu galau yang aku dengarkan semanjak itu seperti, lumpuhkanlah ingatanku karya geisha. Tontonanku tiap hari adalah sinetron percintaan yang tidak bermutu, aku merasa sangat bodoh dimana aku bersedih bukan karena kehilangan prestasi tapi karena cinta. Dan saat itulah waktuku bangkit dan MOVE ON
Move on bukan hal yang mudah tapi susah! Bahkan sangat susah, aku merasa bahwa temanku itu sangat beruntung memilikinya. Apalagi melihat saat dia member hadiah ulang tahun berupa jersey real Madrid kepada temanku itu, setiap sekolah kuselalu berusaha modus untuk bisa melihat dia, itulah penghalang move on bagiku. Tapi jujur aku tak mau move on darinya karena aku yakin bahwa dia masih menyimpan “rasa” padaku, dan aku juga yakin bahwa dia akan putus dengannya
Benar saja tak lama kemudian dia putus dengan pacarnya, senengnya bukan main mendengar berita hancurnya hubungan mereka. tapi 3 hari kemudian aku mendengar kabar kalau mereka balikan lagi. Akan tetapi rasa “geer”ku yang mengatakan bahwa dia masih ada “rasa” denganku, dan dengan keyakinan bahawa dia tak sepenuhnya mencintai pacarnya. Aku memutuskan untuk tetap menjalin hubungan keakraban dengannya, dengan terus ngechat dengannya.
Dan selama aku menjalin hubungan keakraban dengannya dan disaat itu juga dia sudah memiliki kekasih. Dizona itulah aku merasa sebagai PHO (Pengganggu Hubungan Orang), antara dia dengan pacarnya, aku selalu berusaha untuk memutuskan hubungan mereka. segala jenis “doktrin” telah aku lancarkan kepada mereka berdua, aku juga selalu mengadu domba mereka berdua. Hingga akhirnya hubungan yang tidak baik melanda mereka, marahan, putus nyambung adalah warna dihubungan mereka.
Namun, disaat itu juga tingkat perhatian aku padanya dan sebaliknya tak pernah berkurang. Sampai waktu wisuda itu datang, beberapa hari sebelum wisuda hubungan kami semakin dekat. Menjelang waktu wisuda kami terus flashback kenangan kami berdua, dan mungkin kenangan indah bersamanya tak akan bisa diulang saat wisuda telah usai nanti, dan kabar buruknya aku akan menlanjutkan studi di SMPIT Assyifa BS Subang, sedangkan dia akan pindah ke Banjarmasin.
Dan waktu wisuda itupun datang, tampilan jas klimis dan celana licin membaluti tubuhku. Saat wisuda kutatap terus wajahnya yang dibalut indah kerudung coklat, saat wisuda itu usai. Kita berdua mulai saling tatap, kulihat matanya mulai berkaca-kaca ketika menatapku, hatiku berdebar-debar saat menatap matanya yang mulai berkaca-kaca. Dan akhirnya kesedihan itu dimulai.
Kini cerita itu hanya menjadi kenangan belaka, yang bisa aku tulis dengan tinta-tinta hitam kelam dalam hidupku, yang dimana aku terlalu terbuai di tengah samudra diatas bahtera cinta. Yang menurutku hanyalah kesenangan sementara belaka, namun lebihbanyak diwarnai kemarahan dan kesedihan, cinta yang hanya didasari nafsu belaka. Kesenangan bersamanya, namun “nyesek’ jika dipikirkan, yang membuat kita tak fokus dan konsentrasi dalam menggapai cita-cita. Karena sesungguhnya cinta sejati hanyalah “anna uhibbuka fillah”.
Dan aku memulai babak baru cita-citaku di assyifa untuk belajar tekun dalam meraih cita-cita dunia dan akhirat. Ini semua kulakukan untuk “membayar” kesia-siaan yang aku lakukan dimasa lalu, dengan mengikuti serta aktif di berbagai organisasi seperti BEM, angkatan dan paskibra. Ini semua membantuku untuk terus tidak memikirkan masalah “cewek”.  Ini semua kulakukan karena umi dan abi. Afrizal uhibbuk umi wa abi fillah.

“Berpacaran bukan mengajarkan kita menjadi dewasa, tapi mengajarkan kita untuk berhubungan dewasa.” (Felix Y. Siauw)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar