RUSA TANPA KAWAN
Oleh
Arzaq Fikrian Z, Faris Taqiyyuddin,
Mikail Dhafin A
Pagi
harinya Rey bertengkar dengan kawanannya (rusa hidup berkelompok/kawanan).
Diapun terpaksa pergi karena takut tidak diterima lagi di kawanannya. Rey pun
pergi menjauh dari kawanannya. Siang pun berlalu, hari mulai senja. Tak terasa
dia telah pergi jauh dari kawanan. Dia terus melangkah hingga dia sampai di
tepi sebuah danau. Dia pun berhenti sejenak untuk merenung sembari menatap
keindahan senja.
Tiba-tiba
Rey mendengar suara dari arah semak-semak di belakangnya. Rey menoleh ke
belakang dan mendekati sumber suara. Tiba-tiba seekor harimau melompat keluar
dari semak-semak. “Apa yang kau lakukan sendirian disini? Mana kawananmu?”
tanya harimau tersebut. Rey menelan ludah. “Apa kau tak tahu berkeliaran
sendiri saat senja itu berbahaya?” sahut harimau itu lagi. Rey melangkah mundur
karena ketukutan. Rey tidak menyadari bahwa jaraknya dengan danau sudah sangat
dekat. Dia pun tergelincir dan masuk ke danau.
Di
dalam danau, Rey merasa dingin dan ketakutan. Sangat sangat ketakutan.
Ingatan-ingatan tentang pertengkaran tadi pagi dengan kawanannya kembali
merasuki pikirannya. Rey merasa sangat bersalah. Dia ingin meminta maaf ke
kawanannya dan kembali hidup rukun bersama. Rey dengan sekuat tenaga berusaha
untuk berenang ke tepi danau. Dia ingin segera kembali ke kawanannya.
Sesampainya
di tepi danau Rey berlari secepat mungkin
untuk kembali ke kawanannya. “DORR! DORR!” Rey mendengar suara
tembakan-tembakan dari kejauhan. Rey mempercepat larinya. Dia pun sampai di
padang rumput, tempat kawanannya biasa berada. Rey terkejut setengah mati. Di
padang rumput itu banyak darah berceceran. Bangkai rusa ada dimana-mana
diangkut oleh pemburu satu-persatu ke truk. “Oh tidak, semua sudah terlambat.”
Ucap Rey dengan sedih. Tiba-tiba dari truk turun seorang pemburu yang
mengacungkan senapan ke dirinya. “DORR!” peluru menembus tengkorak Rey.
Rey
terbangun dari tidurnya. Embun pagi membasahi bulunya, matahari bersinar
hangat, dan burung-burung berkicauan. Rey menatap sekitarnya, dia sedang di
tepi danau. Rupanya dia ketiduran disana. Saat dia bertemu harimau, saat dia
tenggelam di danau, saat dia ditembak oleh pemburu, semuanya hanyalah sebuah
mimpi. Dia pun bernapas lega. “Aku harus kembali ke kawananku” benak Rey dalam
hati. Rey pun ingin kembali ke kawanannya untuk meminta maaf atas kesalahannya.
Saat di perjalanan ia mendengar suara tembakan.”DORR! DORR!” “Oh tidak,
jangan-jangan” benak Rey. Dia pun mempercepat langkahnya dan berlari secepat
mungkin ke padang rumput tempat kawanannya berada.
Padang
rumput yang awalnya berwarna hijau, kini berubah menjadi merah darah. Rey
melihat darah dimana-mana. “Vruuuum Vruuuuum” Rey menoleh ke belakang dan
melihat ada 5 truk pemburu. “Maafkan aku teman-teman.” Rey berkata. Ia pun
mengambil langkah seribu meninggalkan padang rumput merah darah.
Rey
terus berlari menembus rimbunya hutan belantara. Berlari entah kemana, tanpa
tujuan yang pasti. Ia terus berlari hingga sampai ke sebuah danau. Ia berhenti
disana untuk istirahat sejenak. Di tepi danau itu, Rey menatap dirinya di
pantulan air danau dengan penuh penyesalan. “Betapa bodohnya aku, aku meninggalkan
kawanan dan tak akan bertemu dengan teman-temanku selamanya.”
Tiba-tiba
Rey mendengar suara dari arah semak-semak di dekat dana. Dia menoleh ke
belakang dan mendekati sumber suara tersebut. “Ssstt!..Rey! Rey!.” Rey
mendengar seseorang memanggil namanya dari balik semak-semak. “Sst! Rey,
kemari!” Rey terdiam, lalu berkata, “Apa mungkin kawananku selamat?”
Ternyata
kawanan rusa Rey selamat. Yang dibunuh oleh pemburu adalah kawanan zebra. Saat
pemburu datang kawanan rusa Rey pergi ke hutan untuk bersembunyi. Rey meminta
maaf ke kawanannya. Dia lega semuanya selamat. Mereka pun hidup rukun sejahtera
selamanya...
…………………………………………
Tidak ada komentar:
Posting Komentar