Taufik Hidayatul Akbar
Karya:Annisa Nurul Zakia
Taufik Hidayatul Akbar, ayahku. Lahir dari
keluarga yang sangat sederhana. Ayah merupakan
anak ketiga dari sembilan bersaudara. Ibunya meninggal saat ayah kuliah. Saat
itu, adik ayah yang paling bungsu masih duduk di bangku SMP.
Saat ayah masih duduk di bangku SMA,
ayah membantu ayahnya menyewakan barang-barang seperti timbangan yang memakai
pemberat, payung besar untuk berjualan, dan lain-lain. Setiap jam istirahat,
ayahku selalu izin kepada satpam yang berjaga untuk pulang ke rumah membantu
menyewakan payung lipat besar. Ayah memanggul payung-payung besar tersebut
untuk disewakan ke pasar. Dulu, orang-orang masih memakai payung sewaan untuk
berjualan. Pada sore harinya, ayahku kembali lagi ke pasar untuk mengambil
payung-payung tersebut, lalu menagih
uang sewaannya, begitu seterusnya setiap harinya.
Setelah melewati perjalanan panjang,
ayahku pun kuliah walaupun bukan di universitas negeri. Ketika lulus kuliah,
ayah sempat bercita-cita menjadi polisi. Saat beberapa hari sebelum tes
kesehatan, yang merupakan tes terakhir, ayahku dipesankan oleh ayahnya untuk
menjaga kesehatan dan jangan pergi kemana-mana. Tapi, ayah melaggar pesan dari
ayahnya itu. Ayah pergi keluar umah bersama temannya. Ketika di perjalanan,
sesuatu pun terjadi. Motor yang dikendarai bersama temannya pun tersenggol lalu
mengenai jari kaki ayahku. Jari kelingkingnya pun patah. Lalu, ayahpun melamar
kerja di kantor Garuda Indonesia dan di Bank
Mandiri. Hasil yang keluar terlebih dahulu adalah
pengumuman kelulusan tes dari Bank Mandiri. Ayahku diterima untuk bekerja di
sana. Setelah beberapa hari, ayahku pun diterima. Ayahku bekerja di Bank Mandiri
sampai sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar