Senin, 04 Januari 2016

Taufik Hidayatul Akbar

Taufik Hidayatul Akbar
Karya:Annisa Nurul Zakia

Taufik Hidayatul Akbar, ayahku. Lahir dari keluarga yang sangat sederhana. Ayah  merupakan anak ketiga dari sembilan bersaudara. Ibunya meninggal saat ayah kuliah. Saat itu, adik ayah yang paling bungsu masih duduk di bangku SMP.

            Saat ayah masih duduk di bangku SMA, ayah membantu ayahnya menyewakan barang-barang seperti timbangan yang memakai pemberat, payung besar untuk berjualan, dan lain-lain. Setiap jam istirahat, ayahku selalu izin kepada satpam yang berjaga untuk pulang ke rumah membantu menyewakan payung lipat besar. Ayah memanggul payung-payung besar tersebut untuk disewakan ke pasar. Dulu, orang-orang masih memakai payung sewaan untuk berjualan. Pada sore harinya, ayahku kembali lagi ke pasar untuk mengambil payung-payung tersebut, lalu menagih uang sewaannya, begitu seterusnya setiap harinya.

            Setelah melewati perjalanan panjang, ayahku pun kuliah walaupun bukan di universitas negeri. Ketika lulus kuliah, ayah sempat bercita-cita menjadi polisi. Saat beberapa hari sebelum tes kesehatan, yang merupakan tes terakhir, ayahku dipesankan oleh ayahnya untuk menjaga kesehatan dan jangan pergi kemana-mana. Tapi, ayah melaggar pesan dari ayahnya itu. Ayah pergi keluar umah bersama temannya. Ketika di perjalanan, sesuatu pun terjadi. Motor yang dikendarai bersama temannya pun tersenggol lalu mengenai jari kaki ayahku. Jari kelingkingnya pun patah. Lalu, ayahpun melamar kerja di kantor Garuda Indonesia dan di Bank Mandiri. Hasil yang keluar terlebih dahulu adalah pengumuman kelulusan tes dari Bank Mandiri. Ayahku diterima untuk bekerja di sana. Setelah beberapa hari, ayahku pun diterima. Ayahku bekerja di Bank Mandiri sampai sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar